Tugas 1: Teknologi Penginderaan Jauh


Nama Tim Penulis:

Fath Muhammad Isham                        1103192205

Khuzainil Ardiansyah Syar                   1103192201

Muhammad Syaiful Rahman                1103192198

M Kahfi Nugraha                                  1103192204

Rachma Nabiila Ananda                       1103192206




Saat melakukan pengukuran suatu objek (seperti benda, gejala, atau area) dari jarak jauh dan tanpa melakukan kontak fisik ataupun bersinggungan dengan alat dibutuhkan suatu ilmu yang disebut Teknologi Penginderaan Jauh.

Teknologi Penginderaan Jauh menggunakan sensor buatan untuk melakukan pengukuran tersebut, namun ada juga sensor alami yang dipunyai makhluk hidup untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Beberapa sensor alami makhluk hidup antara lain mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah. Sensor Buatan yang ada pada Teknologi Penginderaan Jauh diantaranya visual, audio, dan bau.

Sensor alami pada tanaman dan hewan biasanya memiliki keunikan dan kelebihan masing-masing. Berikut ini beberapa tanaman dan hewan yang memiliki keunikan dan kelebihan pada sensor alami serta bisa dijadikan ide pengembangan Teknologi Penginderaan Jauh:


1. Tumbuhan Venus


Perangkap lalat Venus (Dionaea muscipula) adalah sebuah tanaman karnivora yang berasal dari tanah basah subtropis di Pantai Timur Amerika Serikat di Carolina Utara dan Carolina Selatan. Tanaman tersebut menangkap mangsanya (biasanya serangga dan laba-laba) dengan struktur jebakan yang terbentuk dari belahan daun tanaman tersebut yang memiliki rambut-rambut kecil di permukaan dalam mereka.

Cara Kerja



Tanaman perangkap lalat Venus, yang tumbuh dari batang bawah seperti umbi, memiliki sekelompok bunga putih kecil di ujung batang tegak setinggi 20-30 cm (8-12 inci). Daunnya memiliki panjang 8–15 cm (3–6 inci) dan memiliki bilah yang berengsel di sepanjang garis tengah sehingga dua lobus yang hampir melingkar, dengan gigi berduri di sepanjang tepinya, dapat melipat bersama dan menutupi serangga yang hinggap di atasnya. Tindakan ini dipicu oleh tekanan pada enam rambut sensitif, tiga di setiap lobus. Pada suhu siang hari normal, lobus, ketika dirangsang oleh mangsa, menutup dalam waktu sekitar setengah detik.  Kelenjar di permukaan daun kemudian mengeluarkan getah merah yang mencerna tubuh serangga dan membuat seluruh daun tampak seperti bunga merah. Diperlukan sekitar 10 hari untuk pencernaan, setelah itu daun terbuka kembali. Perangkap mati setelah menangkap tiga atau empat serangga.


2. Putri Malu



Putri Malu atau Mimosa pudica adalah sebuah tanaman perd pendek anggota suku polong-polang  yang mudah dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat menutup atau layu dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.

Cara Kerja



Sentuhan diubah menjadi sinyal kimiawi berupa potensial aksi (seperti pada sel syaraf) kemudian disalurkan ke bagian tumbuhan yang disebut pulvinus (seperti pada gambar). Ini merangsang enzim H+ATPase yang menyebabkan ion H+ dipompa masuk ke dalam sel. Ion K+ (potassium) dan Cl- kemudian keluar meninggalkan sel yang diikuti keluarnya air sehingga menyebabkan sel menjadi lebih lembek. Hal ini membuat daun menutup. Proses tegaknya daun berlaku hal yang sebaliknya.


3. Hiu Martil


Beberapa hewan di alam dapat mendeteksi perubahan medan listrik dialam, bahkan beberapa diantaranya dapat menghasilkan listrik yang menyengat seperti belut listrik. Hiu martil adalah salah satu predator yang mengandalkan listrik untuk mendeteksi mangsanya. Penggunaan listrik membuat hiu kepala martil dapat menyerang bertubi-tubi walaupun pengelihatannya tertutup oleh darah ataupun lumpur.

Cara Kerja



Hiu kepala martil mampu mendeteksi mangsanya karena memiliki sel yang disebut dengan Elektroreseptor. Hiu martil memiliki bentuk kepala yang lebar dan besar seperti martil, kepala hiu martil dipenuhi oleh pori-pori yang dsebut dengan ampullae of lorenzini. Dalam Ampullae tersebut ada sel yang dinamakan elektroreseptor yang dapat mendeteksi listrik. Tahukah kamu bahwa semua gerakan yang dihasilkan tubuh makhluk hidup menghasilkan listrik? Dan lautan adalah air garam melimpah yang didalamnya terkandungion Na+ dan Cl- yang dapat menghantarkan listrik. Dilansir dari Support Our Sharks (SOS) Ocean Conservation Society, hal ini menyebabkan dalam aliran lautan terdapat listrik yang dihasilkan makhluk hidup dan juga medan listrik yang dihasilkan oleh medan magnet Bumi. Elektroreseptor hiu kepala martil dapat menangkap semua perubahan medan listrik Bumi yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Jika ada mangsa yang lewat didekat hiu martil, pergerakan mangsa tersebut akan menyebabkan perbedaan tegangan listrik. Perubahan tegangan litrik tersebut kemudian menyentuh pori-pori kepala hiu, dan masuk kedalam kanal pori-pori. Kanal ini berisi dengan jeli yang bersifat konduktif, sehingga dapat menghantarkan arus listrik ke dalam sel-sel elektroreseptor ampula didasar kanal.Sel elektroreseptor pada ampula kemudian menangkap perbedaan arus listrik dan memicu pelepasan impuls neurotransmitter otak. Otak kemudian menangkap arah pergerakan mangsa dan memerintahkan hiu untuk bermanuver menangkap mangsa tersebut. Namun tidak semua perubahan arus listrik yang dideteksi membuat hiu menyerang, hiu akan mendekati arah medan listrik dan jika ternyata itu adalah ikan mati, maka hiu tidak akan menyerangnya. Dilansir dari Journal of Experimental Biology, hiu cenderung menyerang pada benda yang memberikan perubahan medan listrik yang besar. Inilah mengapa hiu sangat peka terhadap darah, selain penciuman yang tajam akan bau darah namun konsentrasi garam dalam darah menaikkan kuat arus listrik. Hal ini menjelaskan mengapa saat hiu menyerang satu orang di laut hingga terluka, hiu akan terus menyerangnya tanpa henti. Orang yang diserang akan bergerak menghasilkan perubahan medan listrik, dan darah yang keluar akan memperkuat arus listrik tersebut menyebabkan hiu terus mengejarnya dibandingkan menyerang orang lain yang belum terluka didekatnya.

Ide Pengembangan

Jika sensor pada hiu martil ini dikembangkan dalam kehidupan, maka bukan tidak mungkin teknologi ini akan digunakan untuk mendeteksi makhluk hidup yang mati ataupun pencarian jasad manusia yang mati tenggelam di dalam lautan yang luas.


4. Ular



Salah satu spesies yang memiliki kemampuan penglihatan dengan sensor inframerah adalah ular, seperti ditulis dalam laman Nature. Sebetulnya mata ular tidak dapat melihat dengan jelas. Namun, dengan bantuan sebuah organ berupa rongga di kepala mereka, ular dapat terbantu dalam berburu di malam hari.

Cara Kerja




Ilmuwan melakukan studi empiris dan menyimpulkan bahwa semua spesies ular memiliki reseptor inframerah yang dapat mereka andalkan untuk berburu dalam gelap. Cara penglihatan ini akan merefleksikan panas tubuh dari mangsanya, sehingga ular dapat membedakan mana mangsa dan mana predator di alam liar. Kemampuan ini berkembang secara perlahan dan dibutuhkan evolusi selama ratusan ribu atau jutaan tahun untuk menyempurnakannya. Tanpa kemampuan ini, ular tak akan bertahan di alam liar karena mayoritas spesies ular adalah nokturnal atau aktif di malam hari.

Ide Pengembangan

Pengembangan teknologi inframerah ini sudah cukup banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu contohnya adalah penggunaan sensor inframerah pada kamera CCTV. Infrared dalam kamera CCTV mampu merekam suatu aktivitas dalam ruangan yang gelap dan membuat hasil rekaman menjadi lebih terang seperti menggunakan cahaya lampu. Penggunaan kamera CCTV infrared ini biasa diletakkan di dalam ruangan gudang penyimpanan yang gelap dan minim cahaya.


5. Lumba-lumba



Lumba-lumba adalah hewan yang berasal dari habitat lautan, saat di permukaan air lumba-lumba dapat melihat dengan jelas, namun lumba-lumba seringkali menghabiskan waktunya di kedalaman lautan. Pada saat dikedalaman lautan, lumba-lumba tidak bisa melihat sekitar dengan jelas karena sinar matahari tidak sampai ke kedalaman lautan dan keadaannya sangat gelap. Lumba-lumba mempunyai sistem sonar untuk menerima rangsangan dan berkomunikasi. Saat mencari mangsa, mengidentifikasi keadaan sekitar, dan berkomunikasi lumba-lumba sangat bergantung dengan sistem sonar.

Cara Kerja





Kita tahu bahwa lumba-lumba tidak bernafas dengan ingsang, ia bernafas dengan lubang yang diatas kepalanya. dibawah lubang tersebut ada udara yang nantinya akan dikeluarkan sebagai bunyi dengan frekuensi yang sangat tinggi. Bunyi yang dipancarkan ke sekitar akan memantul serta diterima oleh "jendela akustik" tepat dibawah rahang lumba-lumba, lalu diteruskan ke telinga bagian tengah, dan diterjemahkan oleh otak. Bunyi yang dikeluarkan juga tidak langsung semua namun secara putus-putus, hal ini dilakukan agar lumba-lumba dapat meproyeksikan kondisi disekitarnya secara berkelanjutan. Pantulan bunyi tersebut memberi informasi dengan rinci tentang jarak, ukuran, dan pergerakan benda di sekitar lumba-lumba.

Ide Pengembangan



Pengembangan sonar sudah banyak digunakan untuk mendeteksi serta menentukan jarak benda yang ada dibawah laut. Biasanya sonar dipakai untuk mengukur kedalaman laut karena dengan menggunakan ultrasonik gelombang suara yang frekuensinya diatas 20 KHz dapat dengan bebas merambat pada air laut. Namun perlu kita ketahui bahwa lautan di dunia ini dijelajah hanya sekitar 10%, dengan adanya teknologi pengembangan sonar kita bisa menjelajah lautan lebih luas dan dapat  melihat lebih banyak potensi yang ada di lautan.


Telah selesai pembahasan kita kali ini,
Semoga bermanfaat.
Terimakasih.

Bandung, 2022

Comments